Selama di Jakarta, hampir setiap hari minggu aku selalu
meluangkan waktuku untuk jalan-jalan. Entah dengan teman atau sendiri aja.
Walau hanya sekedar pergi ke Gramedia untuk sejenak membaca buku, yang penting
gak hanya tidur di kosan. Salah satu penyebabnya mungkin karena tidak ada
hiburan di kosan dan salah duanya karena
aku memang suka hangout. Nah kali ini aku akan jelajah museum di area Jakarta Pusat
Minggu pagi itu Jakarta hujan, tapi karena kita udah
ngebet pingin jalan, hujanpun kita tetap keluar kosan walaupun kasur terlihat
lebih nyaman dari pada keluar dikala jalanan basah dan genangan air
dimana-mana.
Destinasi pertama jelajah museum kami adalah Museum Nasional / Museum Gajah, Jakarta Pusat.
Museum ini terletak persis di seberang halte Bus Monas. Di depan museum ini
terdapat patung anak gajah, mungkin karena itu ada yang menyebutnya museum
gajah, meskipun di gerbang depan tertulis Museum Nasional.
Sebelumnya aku
pernah kesini, tapi karena temanku yang satu ini belum jadilah aku tour
guidenya dan dia akan menjadi tour guideku ke museum fatahillah dan museum seni
yang akan kita kunjungi setelahnya.
Untuk memasuki museum gajah ini kita harus membeli tiket
seharga lima ribu rupiah. Museum gajah ini terdiri dari 2 gedung utama yaitu
gedung lama dan gedung baru.
Gedung lama
terdiri dari satu tingkat dan gendung baru ada 4 tingkat. Di gedung lama kita
bisa melihat beberapa koleksi arca yang diambil dari beberapa tempat.
Kebanyakan arca disana sudah tidak utuh lagi. Ada yang tangannya sudah tidak
ada atau bahkan hanya kepalanya saja. Ada juga beberapa prasasti yang di pajang
disana.
Setelah melewati pelataran utama yang terdiri dari ruang
arca dan taman tengah. Kalian bisa masuk ke ruang peninggalan pra sejarah.
Disini di tampilkan beberapa peninggalan prasejarah. Mulai dari jaman batu,
dimana alat yang digunakan untuk merobek kulit binatang adalah batu batu kecil
yang tipis. Dan ada gambar proses perkembangan manusia.
Kemudian manusia mulai
berkembang dan bisa menggunakan perunggu, menciptakan tungku dan pisau. Setelah
itu ada ruang arca dari perunggu. Disana ditampilkan beberapa arca mini dewa
siwa, arjuna, dewi sinta dan dewa-dewa lainnya dalam ukuran kecil yang terbuat
dari perunggu.
Dari ruang itu kita bisa bergerak ke ruang sebelah kiri,
disini masih merupakan gedung lama. Disini terdapat koleksi-koleksi kebudayaan
daerah dari sabang sampai merauke.
Pintu pertama terdiri dari kebudayaan daerah
pulau Sumatra,kemudian disusul Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi hingga berakhir
Irian Jaya. Disana menampilkan mulai baju adat, rumah adat, alat perang sampai
adat istiadat.
Itu merupaka ruang terakhir di gedung lama, dari sana kita
bisa berpindah ke gedung baru. Desain ruang dan tata letak lebih modern dari
gedung lama.
Di pelataran depan biasa di buat untuk acara talkshow atau lomba
dan bazar. Ruanganya juga sudah di lengkapi dengan escalator dan lift sehingga
memudahkan pengunjung untuk melihat koleksi di lantai atas.
Di lantai satu tidak begitu banyak koleksi yang di perlihatkan. Lebih memperlihatkan
pengetahuan tentang perkembangan manusia. Lebih banyak manikin manusia saat
jaman batu dan bagaimana mereka berevolusi sehingga sampai menjadi manusia
modern seperti sekarang ini. Juga terdapat beberapa tengkorak manusia jaman
purba.
Dilantai dua dan tiga koleksi yang di perlihatan lebih
banyak. Terdapat beberapa alat transportasi jaman dulu, mulai dari pearhu
sampai sepeda. Beberapa pakaian adat, dan perhiasan kaum raja di beberapa
daerah. Ada pula peralatan perang seperti senapan panjang, pedang dan lain
sebagainya.
Di lantai emapat ini merupakan ruang khusus untuk koleksi
perunggu dan keramik. Dan untuk ke lantai empat tidak ada escalator atau
tangga, jadi harus menggunakan lift. Di lantai empat ruangan di bagi menjadi
dua yaitu ruang untuk koleksi perunggu dan emas dan ruang kedua adalah ruang
untuk keramik.
Dalam ruang keramik kita tidak di perbolehkan mengambil gambar.
Dalam ruang keramik ini terdapat koleksi keramik dari daerah china hongkong dan
Taiwan. Di ruang perunggu dan emas terdapat koleksi aksesoris badan dan keris.
Setelah dari museum Nasional kita melanjutkan jelajah museum kami ke beberapa museum di Kota Tua, Jakarta Barat. Dengan menggunakan Commuter Line kita
menuju ke kota tua. Disana kita mengunjungi museum fatahillah.
Dengan membayar
tiket sebesar lima ribu rupiah kita bisa masuk ke dalam museum. Di sana kita
tidak boleh menggunakan alas kaki yang kita pakai, jadi kita di pinjami sandal
jepit yang memang khusus disediakan oleh pengelola museum.
Koleksi di sini
tidak sebegitu banyak seperti di Museum Nasional. Museum fatahillah ini lebih
menonjolkan penginggalan peralatan rumah tangga jaman dulu. Seperti lemari,
meja, kursi, ranjang, dan cermin.
Disana di perlihatkan ruang makan jaman dulu
itu seperti apa,kamar jaman dulu itu tataletaknya seperti apa. Disini jufa
terdapat beberapa koleksi keramik. Tapi tidak sebanyak di museum nasional.
Di
dalam museum fatahillah ini terdapat ruang terbuka di tengah yang bagus banget
buat foto-foto. Dengan interior yang menunjukan tatanan kota jaman penjajahan.
Yang memperlihatkan bangunan arsitektur belanda.
Setelah mengitari museum fatahillah kita melanjutkan
perjalana ke museum seni yang terletak tidak jauh dari museum fatahillah.
Tiket
masuk sama lima ribu rupiah. Museum seni ini memiliki pelataran yang luas. Di pelataran
di perlihatkan andong atau delman milik para raja jaman dulu. Begitu indah
penuh dengan ukiran dan polesan emas.
Pertama kali masuk, disuguhi dengan
beberapa contoh cat yang digunakan untuk
melukis. Kemudian di lanjut dengan ruangan yang penuh dengan lukisan, mulai
dari lukisan abstrack sampai kontemporer. Setelah ruang lukisan kita bisa
melihat ruang yang berisi beberapa patung dan kerajinan seni lainnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar