Cantik. Cukup satu kata itu yang bisa menggambarkan Rinjani. Maka tak salah bila Dewi Anjani itu cantik. Pertama kali saya menjejakan kaki saya di kaki gunung rinjani, saat itu pula saya terkagum kagum dibuatnya. Hamparan padang sabana nan luas,pohon pohon cemara nan tinggi dan kokoh, dan bunga edelwise cantik.
Gn Rinjani merupakan destinasi tak terencana saya yang kedua setelah Gn Semeru. Awalnya saya tidak ada rencana untuk trip rinjani ini, namun karena tawaran teman yang menggiurkan akhirnya saya pun ikut.
Saya berangkat dari Malang dengan tiga teman saya yaitu mas ambon, kecheng dan mukbin pada hari jumat 12 Agustus 2016 dengan menggunakan bus titian mas. Kami berangkat pukul 16.00 WIB. Namun karena bus yang di Malang sedang rusak jadilah kita di oper ke Purwosari.
Kita sampai di Purwosari sekitar pukul 19.00WIB. Tak lama menunggu, bus pun datang. Dan diluar ekspektasi,bus yang datang udah reot sana sini, bangkunya pun dilakban sana sini, tak ada selimut dan mogok pula di terminal purwosari.
Alhasil baru jalan sekitan pukul 20.00 WIB. Perjalanan yang kita tempuh 24 jam. Jadi kami sampai di Mataram hari sabtu pukul 20.00 WITA. Di Mataram kami sudah ditunggu teman kami Tata yang memang lebih dulu berada di Mataram.
Malam itu kami menginap di rumah Buliknya Tata. Semalaman kita ngeplanin untuk perjalanan esok. Untuk perjalanan ke Pelawangan ada 3 jalur yang bisa di tempuh yaitu dari Sembalun, torean dan Senaru. Kita putuskan untuk melewati jalur Sembalun karena trek tidak begitu susah dan sedikit landai. Dan pulangnya baru lewat jalut senaru. Semua informasi tersebut kami dapat dari searching di internet.
Esoknya kami berangkat pukul 12.00 WITA dengan menggunakan pick up sewaan karena memang tidak ada angkutan umum yang kesana. Perjalanan dari Mataram ke Sembalun memakan waktu 3 jam. Sampai disana sekitar pukul 15.15 WITA.
Administrasi disana lebih mudah. Kita tidak perlu setor fotocopy ktp dan surat keterangan sehat dari dokter. Cukup membayar 5 ribu untuk perharinya kita sudah mendapat tiket masuk.
Perjalanan dimulai dengan doa bersama agar perjalanan berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan. Trek pertama adalah padang sabana yang luas. Jalan masih landai, beberapa kali melewati jembatan.
Disana masih banyak warga yg menggembalakan sapi di padang sabana. Saat kami lewat sempat berpapasan dengan penggembala yang membawa sapinya. Jadi berhati hatilah ketika jalan karena banyak banget ranjau sapinya.
Jalur menuju Pos 1 |
Sekitar pukul 18.45 WITA kami sampai di pos 1 Sembalun. Setelah istirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan ke pos 2 yang jaraknya tidak jauh dari pos 1. Kami sampai dipos 2 satu jam setelahnya dan mulai membangun tenda.
Di pos 2 terdapat sumber air tapi kecil muaranya dan sedikit berbau. Selain itu di sana juga ada monyet yang berseliweran. Tapi tenang saja monyetnya takut kalo ada manusia. Mereka akan menjauh jika didekati. Malam itu kami maksimalkan untuk beristirahat karena besok perjalanan akan dilanjutkan ke Pelawangan, pos terakhir sebelum summit.
Pagi 15 Agustus 2016, kami berangkat dari pos 2 sembalun menuju pelawangan. Pagi yang cerah, semangat yang membara. Saat kami berangkat kondisi pos sudah mulai sepi karena kebanyakan sudah berangkat pagi-pagi sekali. Kami berangkat dari pos 2 sekitaran pukul 11.00 WITA.
Untuk menuju pos 3 lumayan jauh dengan melewati beberapa bukit dan padang sabana yang saya kira adalah bukit penyesalan yang ternyata bukan. Dan saya sudah menyesal duluan sebelum benar-benar melewati bukit penyesalan wkwkwk.
Setelah sampai di pos 3, trek selanjutnya adalah 7 bukit penyesalan. Kenapa disebut begitu karena pingin balik sudah jalan terlalu jauh sedangkan kalo mau di teruskan itu juga masih jauh. Its mean, kita berada di tengah-tengah, seperti buah simalakama lah ya.
Di trek ini stamina kita benar-benar di uji. Medan yang susah. Trek menanjak dan berpasir. Terpeleset-peleset, gapai ranting sana-sini buat pegangan benar-benar menguras tenaga. Setelah melewati 5 bukit kami sampai di pos bayangan. Disana ada beberapa yang berhenti dan mendirikan tenda. Karena kami mau langsung ke pelawangan jadi kami hanya berhenti istirahat sebentar.
Nah di 2 bukit terakhir ini merupakan medan yang paling susah. Kelihatannya ga jauh tapi setelah dijalani terasa jauh banget. Tanjakannya melebihi 5 bukit pertama. Benar-benar nanjak banget almost 90°. Tanjakan cintanya Semeru aja kalah nanjak, mana ini berpasir yang licin banget.
Berasa muncak pakai bawa tas carrier deh sumpah. Bener-bener menguras tenaga. Di bukit terakhir saya sampai beberapa kali didorong sama mukbin karena merosot dan ga bisa maju. Dan alhamdulillah kita bisa sampai juga di pelawangan pukul 19.00 WITA.
Kami langsung mendirikan tenda dan masak nasi sambil nunggu mas ambon dan tata yang belum datang. Kira-kira pukul 21.30 WITA mas ambon dan tata datang. Kami langsung masak mie dan makan bareng. Kemudian di putuskan kalau kami tidak bisa summit bareng- bareng, salah satu harus ada yang jagain tenda.
Karena dari info yang kami peroleh dari pendaki lain kalo shelter disini itu kurang aman. Kalo sampai ditinggal tanpa ada yang jaga tenda bisa ilang, entah dicuri atau dirusak sama monyet. Akhirnya diputuskan mukbin dan kecheng summit duluan dan kemudian besoknya lagi baru saya, tata dan mas ambon yang summit.
Karena pagi dini hari mukbin dan kecheng ngerasa belum fit akhirnya mereka berangkat siang sekitar pukul 11.00WITA buat summit. Enaknya di Rinjani ini kita bisa summit jam berapapun asal tidak ada badai di atas.
Saya, tata dan mas ambon menghabiskan seharian di pelawangan sambil menikmati keindahan danau segara anakan dari atas. Pemandangan di sini memang indah banget. Cuacanya kalo malam pun tak begitu dingin. Sayangnya agak sedikit kotor. Banyak sampah plastik dan botol kaleng dan kaca yang berserakan.
Pelawangan 1 Sembalun |
Dari cerita pendaki-pendaki lain itu monyet yang jaga disana. Kalo dia menampakkan diri itu memperingatkan agar perjalanan tidak usah di teruskan. Ya boleh percaya boleh nggak sich. Tapi demi keselamatan ya mending balik aja. Toh kalo ingin muncak kan bisa di ulang lagi kapan-kapan.
Mereka cerita treknya kayak gimana ke saya, tata dan mas ambon yang akan muncak esok dini hari. Disaranin ma mereka buat brangkatnya agak pagi aja jam 4 an habis subuh biar kelihatan jalannya, karena ada jalan yang sempit banget yang kanan kirinya sudah jurang.
Setelah denger cerita mereka jujur saya agak ragu. Tapi kalo ga summit ya sayang banget udah jauh-jauh kesini masak ga nyoba summit. Mas ambon juga bilang ga feeling summit. Tapi Tata keukeuh pingin summit. "Ya udah besok aq bangun jam setengah 4 ya, tapi yakin nih kita berdua cewek-cewek doank brangkat" saya meyakinkan tata. "Iya mbak di coba dulu, sayang udah jauh-jauh kesini masak ga nyoba" ucapnya.
Malamnya saya tindian, katanya sich teriak-teriak kemudian dibangunin kecheng. Mungkin karena kecapean ato takut mbayangin trek ke puncak rinjani. Saya mencoba menyemangati diri sendiri dan menghilangkan rasa takut saya.
Paginya pukul 03.30WITA saya di bangunin tata, kita siap-siap. Masak mie dan bikin minuman hangat buat bekal summit. Mas ambon akhirnya ikut summit, ya iyalah masak cewek-cewek di biarin pergi sendiri hehe.
Kami bertiga berangkat dari pelawangan pukul 05.30 WITA, kelihatannya kami orang terakhir yang berangkat karena ada beberapa yang bilang "kok telat banget mbak berangkat muncaknya". Whatever they say lah ya bagi kami ga ada kata terlambat untuk memulai #alaah.
Trek pertama adalah tanjakan pasir (again). Katanya sich ini yang dinamakan trek miniatur semeru. Karena emank belum pernah sampai summit waktu ke semeru saya pun shock dengan medan seperti ini. Lima langkah jalan tiga langkah turun. Benar-benar menguji kesabaran.
Sampai pertengahan jalan sunrise, kita berhenti sejenak untuk menikmati sunrise. Beautiful sunrise. Matahari terlihat bulat penuh. Warna orange bersembur dengan warna biru tua langit malam. Cahaya matahari mulai menyentuh wajah memberikan kehangatan dan semangat baru. Pagi yang indah. Maha Besar Allah pencipta alam semesta.
Kami melanjutkan perjalanan dengan penuh semangat. Awalnya saya berjalan paling depan disusul tata dan mas ambon. Tapi saya terperosok di jalan yang salah. Saya merosot kebawah karena memang sangat licin dan stuck ga bisa naik sampai akhirnya di tolong mas mas yang turun. Di tarik sampai akhirnya bisa jalan lagi.
"Jalannya zig zag mbak biar agak ringan" saran si masnya. "Makasih mas" ucap saya. Disitulah awal semangat saya ngedrop. Tau sendiri kan kalo semamgat sudah turun pasti kekuatan juga menurun. "Sampai pundak bukit situ saja ngabisin trek pasir ini udah hebat, ga perlu sampe puncak gak papa lah" batin saya berkata.
Kurang 10 meter sampai pundak pun saya harus di tarik sama mas-mas yang mau turun karena ada undakan yang tinggi dan saya tak mampu untuk loncat. Dan akhirnya saya bisa duduk istirahat di samping tata yang sudah sampai pundak bukit duluan.
Setelah makan jelly dan minum jahen hangat, badan saya sedikit enakan. Tenaga juga mulai terisi lagi dan melihat trek yang enak, tidak nanjak banget dan tidak berpasir sayapun semangat melanjutkan perjalanan lagi.
Trek kali ini lebih landai, kalo kita lihat dari bawah sich seperti datar sampai akan menuju tanjakan terakhir ke puncak. Tapi kenyataannya treknya tidak benar-benar datar. Trek naik turun meski tidak begitu nanjak.
Ada 3 jenis pasir dari awal pendakian summit. Pertama kita menemui pasir hitam, padat dan tidak licin. Kemudian disusul pasir warna merah bata, padat dan tidak licin. Dan yang terakhir disebut jalur E/M karena berbentuk dua cekungan, jalur yang paling pendek dan lama. Karena trek pasir putih yang berkerikil dan berbatu. Setelah melewati jalur itu kita sampai di puncak.
Saat kami akan melawati jalur E, kabut tiba-tiba datang dan menutup pandangan kita. Jarak pandang waktu itu kira-kira 4-5 meteran. Dan kami agak bimbang terus lanjut atau tidak. "Jalannya ga keliatan ta gimana?? Balik aa??" tanya saya.
"Sayang banget mbak kalo balik, udah sampe sini lo. Kita tunggu 5 menit lagi aja moga kabutnya hilang" ujat tata. Dan Alhamdulillah kabut sedikit sedikit mulai bergerak ke arah selatan. Setiap ada orang yang turun kita tanya masih ada yang di atas atau nggak. Untuk memastikan kita bukan satu-satunya orang yang muncak siang bolong gini. Dan ternyata masih banyak yang di atas.
Trek pasir terakhir ini memang paling berat. Lima langkah naik tiga langkah turun. Dengan kondisi kami yang sudah kelaparan karena tadi cuma sarapan mie tanpa nasi. Di tambah lagi teriknya sinar matahari siang.
Setengah perjalanan tata ngerasa pusing, jadi kita duduk dulu istirahat sambil nunggu mas ambon yang di belakang. Gak lama kami duduk ada beberapa orang yang turun dan ikut istirahat. " mau muncak mbak? semangat kurang dikit lagi" tanya mereka.
"Iya mas, masih capek mau istirahat dulu" jawab kami. "Kok ga bawa tongkat mbak, susah lo di atas jalannya ntar". "Ga punya mas, kalo boleh pinjem punyanya mas nya aja hehe" canda tata. "Boleh nih pake aja, ntar balikin pas uda di bawah aja di segara anakan".
Dan yah mas mas yang baik ini minjamin kami treking pollnya. Alhamdulillah kami jadi ngerasa ada tenaga tambahan. Dan setelah mas ambon datang kita lanjutkan perjalanan. Perjalanan di pasir yang normalnya memakan waktu 2 jam ini kita lalui dalam waktu 2.5jam. Lelet banget deh jalannya kami kayak siput.
Dan kami sampai di puncak tepat pukul 14.30 WITA. Semua perjuangan terbayar sudah. Samudra awan menanti diatas. Danau segara anakan dan gunung anak rinjani pun sesekali nampak walau sering tertutup kabut. Dan kawah mati di sebelahnya pun nampak sangat indah dengan dinding kawah coklat mudanya.
Awan nampak berbentuk ikan, gajah, dinosaurus, puteri duyung dan masih banyak lagi. Dan masih juga disayangkan banyak para pendaki yang meninggalkan kertas tulisan-tulisan salam ketemannya dan banyaknya plakat-plakat yang dibuat sendiri dan ditinggal di atas. Kira kira ada 10 plakat disana. But, at all rinjani tetap cantik sekali.
Karena hari sudah mulai sore kita turun. Kita turun sekitar pukul 15.30 WITA. Dan perjalanan turunpun cukup menyiksa. Pasir dan kerikil membuat jari-jari kaki sakit dan beberapa masuk di sepatu. Tapi lebih mudah lah daripada naik.
Saat kita turun di tengah jalan, tepatnya di pasir merah kita bertemu dua anak yang mau muncak. Tapi akhirnya mereka ikut turun karena setelah di pertimbangkan bakal sampai di puncak malam dan kemungkinan besar kalo malam pasti badai jadi mereka mengurungkan niatnya. Kami sampai di pelawangan sekitar pukul 18.00 WITA.
Dan ternyata kecheng dan mukbin sudah menunggu di pintu pelawangan. Mereka khawatir setiap orang yang turun pasti ditanyain "ketemu sama 2 cewek 1 cowok gak? Yang cewek pake jilbab yang cowok hitam".
Dan jadilah kita terkenal beberapa bilang mbak temennya kecheng ya di cariin. Bukan salah mereka juga, karena kita berangkat dari jam setengah enam pagi dan belum juga balik sampai matahari terbenam. Perjalanan summit kali ini memang panjang memakan waktu 12 jam pulang pergi.
Setelah sampai di tenda kami bersih-bersih dan makan. Kemudian kita istirahat karena besok akan dilanjut turun. Perjalanan turunpun berubah, karena logistik yang sudah habis kita putuskan tidak jadi ke segara anakan tapi langsung turun lewat jalur sembalun lagi. Karena kalau lewat senaru memakan waktu 2 hari perjalanan dan jalur rawan buat cewek. Dari cerita para pendaki lain banyak cewek yang kesurupan waktu di pos 2 senaru.
Esoknya pukul 11.00WITA kita berangkat balik ke sembalun. Dan sampai di sembalun sekitar pukul 20.00 WITA.
Bagi saya setiap perjalanan selalu memberikan pembelajaran tersendiri. Dan perjalanan kali ini mengajarkan banyak hal bagi saya. Tentang semangat yang tak boleh luruh, tentang perjuangan mendapatkan sesuatu. Tentang pertemanan, bagaimana kita harus mensupport satu sama lain, tolong menolong untuk sebuah tujuan yang sama. Untuk sama meraih puncak.
Dan akhir kata special thanks buat Tata untuk semangatnya, mas ambon untuk pegangannya, mukbin yang selalu menemani, kecheng untuk petunjuk jalannya.
Dan makasi ya Allah untuk perjalanan indahnya. Untuk alam semesta yang Kau buat. Untuk kekuatan yang Kau berikan. Untuk kesempatan yang Kau berikan.
Allahuakbar - Allah Maha Besar
Biaya yang di keluarkan
- Tiket bus Malang- Mataram 270.00 s.d 300.000 ( Noted : saya sarankan tidak turun di terminal Mandalika mending turun di damri sebelum terminal mandalika, karena di terminal mandalika sangat rawan bagi pengunjung yang pertama kali kesana. banyak preman yang tanpa diminta akan mengambil tas anda dan meminta bayaran tinggi atas jasa pengangkutan yang dia lakukan. dan hati-hati dengan barang bawaan anda)
- Tiket Pesawat Surabaya - Praya 350.000 s.d 450.000
- Kalo ngecer ( Malang- Banyuwangi 62.000 Penyebrangan Ketapang-gilimanuk 6.000 Bus Gilimanuk - Padang bai 40.000 Padang bai - Lembar 36.000 Lembar - Mataram 15.000)
- sewa pick up Mataram sembalu antar-jemput 800.000
- Biaya administrasi Rinjani 5 hari @ 5.000 25.000
- Biaya pulang sama
- Damri Juanda-Bungurasih dan sebaliknya 25.000
- Bus Surabaya-Malang dan sebaliknya 25.000
Tidak ada komentar
Posting Komentar