Judul : Sabtu Bersama Bapak
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2014
Halaman : x + 278 hlm ; 13 x 19 cm
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2014
Halaman : x + 278 hlm ; 13 x 19 cm
Pertama kali denger "Sabtu Bersama Bapak" berupa judul film layar lebar yang katanya bagus, tapi saya belum sempat nonton juga waktu itu. Ternyata film ini di adaptasi dari novel karya Adhitya Mulya dengan judul yang sama.
Pas sambang ke rumahnya Lintang, di recomendasiin buat baca bukunya ini. "Bagus itu, aku ada filmnya juga. Saranku baca bukunya dulu deh baru liat filmnya. Biar ga ngerasa kebanting" gitu sich saran dia. Dan emang dari pendapat pribadi nih ya, kebanyakan film yang di adaptasi dari buku itu ada banyak sceen yang terpotong. Jadi feelnya kurang hehe.
Buku ini bercerita tentang keluarga Pak Gunawan. Pak Gunawan meninggal pada usia 38tahun, dimana dua anak lelakinya yaitu Satya (8thn) dan Cakra (5thn) masih kecil. Sebelum dia meninggal, dia merekam pesan-pesan dan nasehat yang akan disampaikan kepada anak-anaknya nanti jika dia sudah tidak ada lagi. Mereka menonton video yang dibuat bapaknya setiap hari sabtu.
Cerita dalam buku ini di bagi dalam tiga bagian, yaitu cerita Ibu Itje (Istri Pak Gunawan), Satya dan Cakra. Diceritakan secara acak bergantian dengan bahasa yang enteng. Bagi kalian yang suka baca, dalam sehari pasti uda bisa namatin ni buku. Karena emank isinya banyak percakapan dan pesan-pesan si bapak. Pesan moral yang di berikan si bapak banyak banget dan ngena banget.
Kalo dari segi alur cerita, menurut saya biasa aja sich. Nggak yang wah banget, yang bikin deg-degan dan penasaran sama akhirnya. Dan akhirnya pun uda bisa ketebak. Ceritanya simple diselingi juga sama kejadian-kejadian lucu si tokoh-tokohnya. Makanya filmnya jadi drama comedy. Disajikan dalam bahasa sehari-hari jadi pembaca nggak terlalu mikir bacanya.
Beberapa quote yang saya suka
" Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggungjawab masing-masing orang. Bukan tanggungjawab orang lain. "
" Setiap orang punya cara berbeda akan bagaimana mereka merasa berharga. Dan ini semua hak mereka.
Beberapa orang merasa berharga jika mereka bekerja di kantor, mungkin karena orang tua mereka udah capek-capek nyekolahin mereka.
Beberapa orang merasa berharga jika mereka memastikan diri berada dirumah dan menjamin rumah tangga beres.
Semua itu benar. "
Tidak ada komentar
Posting Komentar