Pic from Google |
Sekarang purnama. Bulan terlihat bulat besar dengan pedar cahayanya. Aku suka berjalan saat purnama. Itulah mengapa aku sering mendaki saat pertengahan bulan, seperti saat ini.
Aku, Rendi dan Aldo tengah terengah-engah diantara rimbun pepohonan. Kami sengaja memilih weekday, karena lebih sepi. Bukankah menikmati alam terasa lebih nikmat saat sepi, mendamaikan. Gemerisik daun yang bergesekan karena angin lebih mudah terdengar. Ah suara alam memang candu.
"Kita pasang tenda disini saja, besok kita lanjutkan perjalanan. Track didepan terlalu terjal, sangat rawan bila berjalan saat malam." perintahku sambil melepas carier yang terasa mulai berat.
Aku dan Aldo mulai memasang tenda, sedangkan Rendi mengumpulkan ranting-ranting kecil dan daun-daun kering untuk dibakar. Udara terasa lebih dingin saat diam. Ku gosok-gosokkan tanganku, sambil menunggu Rendi menyalakan api.
"Ngopi dulu lah bro" ujar Aldo sambil mengeluarkan nesting dan kompor kembang portable nya dari carier.
Tak berapa lama terdengar suara langkah orang mendekat. Ah, ada pendaki yang turun rupanya. Dan benar saja muncul seorang lelaki dengan kemeja flanel merah bermotif kotak-kotak.
"Sendirian aja bang?" sapaku lirih.
"Iya, yang lain udah duluan" jawabnya sambil duduk dan melepas carier consina biru disampingnya.
"Kopi bang?"
Dia hanya menjawab dengan lambaian tangan dan mulai menyulut rokok di tangannya.
"Mau muncak kapan?" tanyanya
"Besok bang, kalo dari sini kira-kira brapa lama?"
"Habis ini ada pos terakhir, kira-kira cuma butuh waktu 3 jam-an. Setelah dari pos terakhir untuk ke puncak deket kok 1 jam-an. Jalannya juga nggak sesusah dari sini ke pos trakhir" jelasnya panjang lebar.
Kami jawab dengan ber-ooh ria.
"Aku lanjut lagi ya" katanya sambil mulai berbenah.
"Iya bang, ati-ati"
"Oiya, tadi treking pole ku terjatuh saat perjalanan kesini dari pos terakhir. Kalo besok kalian nemu tolong ambilin ya, bawa ke basecamp bawah aja. Aku bakal lama kok kayaknya disini" ucapnya sebelum melangkah pergi.
Kami jawab dengan anggukan dan acungan jempol.
Mata kami mulai berat dan udara semakin malam semakin dingin saja. Meringkuk dalam sleeping bag kelihatannya sangat nikmat. Kamipun tertidur pulas.
Kami mulai bebenah pagi harinya, melanjutkan perjalanan. Track ke pos terakhir memang sangat terjal. Ada beberapa jalan setapak sempit yang bersebelahan dengan jurang. Aku heran bagaimana bisa lelaki itu semalam turun dengan mudah.
Saat hampir sampai pos terakhir aku lihat sebuah treking pole menyangkut di dahan dekat jurang.
"Woi, aku nemuin treking pole abang yang semalam gaes" teriak ku ke Aldo dan Rendi yang lumayan berjarak dengan ku.
Ku raih treking pole yang tak jauh dariku itu. Betapa terkejutnya aku, tepat di bawahnya kudapati tubuh lelaki berkemeja flanel merah bermotif kotak-kotak yang terbujur kaku. Lelaki semalam.
Tidak ada komentar
Posting Komentar