Uang Baru
Beberapa hari ini jalanan menuju ke Pasar Besar macet parah. Puasa-puasa, siang hari yang panas, di atas motor, dan terjebak macet, Ya Allah cobaan apa lagi ini. Itulah kenapa saya paling males kalo harus ke pasar buat belanja keperluan toko pas puasaan gini, apa lagi saat lebaran yang semakin mendekat.
Untuk mengalihkan rasa capek di tengah kemacetan dengan barang bawaan yang seabrek ini, mata saya jelalatan ke tiap-tiap ruas jalan yang terlewati. Mulai banyak orang-orang yang pamer duit baru yang mulus kinyis-kinyis. Mereka menatanya dipapan kotak yang terbuat dari triplek. Ditambah lagi beberapa gepok uang yang di pajang di atas meja. Macam horaaang kayaaah aja.
Entah mulai kapan, di Kota saya ini muncul penukaran yang baru. Eitsss jangan seneng dulu gaes, mereka nggak mau nukar secara cuma-cuma kayak mbak-mbak teller yang cantik-cantik itu. Biasanya mereka mengambil untung sekitaran 10% dari uang yang akan kalian tukar. Tukar seratus ribu berarti dapatnya sembilan puluh ribu. Begitu seterusnya.
Meskipun begitu tetap saja banyak peminatnya. Terlihat dari semakin banyaknya mas-mas dan mbak-mbak yang menggelar lapak tiap tahunnya. Kalo saya mah ogah, sayang banget donk duit saya berkurang hanya demi segepok uang kinyis-kinyis *maap orangnya perhitungan banget wkwkw.
Lebaran, identik dengan "salam tempel", sama halnya seperti "angpao" saat hari raya china. Salam tempel inilah yang paling di tunggu sama anak-anak dan mereka paling demen kalo dapat uang baru. Mungkin karena itulah mulai muncul tradisi menukarkan uang sebelum lebaran.
"Jika emas jual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, kurma dijual dengan kurma dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Barang siapa menambah atau meminta tambahan, maka ia telah berbuat riba. Orang yang mengambil tersebut dan orang yang memberinya sama-sama dalam dosa."
(HR Muslim)
Nah gaes, sekarang masih mau nukarin uang di jalanan? Toh memberi kan nggak harus pakai uang baru, yang penting uangnya nggak sobek-sobek dan nggak di setreples karena nanti di marahin Pak Jokowi.
Lagi pula yang nerima juga pasti seneng-seneng aja di kasih. Walau uangnya nggak mulus kan masih laku kalo dibeliin barang. Kalopun masih pingin punya uang baru, bisa kok di tuker di bank yang nggak perlu di mintain biaya jasa penukaran. Paling-paling dimintain uang Parkir. Hehehe.
#Serbaserbiramadhan #ramadhanbercerita #selfnote
Tidak ada komentar
Posting Komentar