Akhir-akhir ini, entah sudah berapa
banyak berita tentang bencana alam yang terjadi. Baik dari dalam negeri sendiri
atau dari luar negeri. Di tahun 2021 sendiri BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana) mencatat ada 5.402 total bencana alam yang terjadi di Indonesia.
Source : mediaindonesia.com |
Tidak hanya di Indonesia saja, di luar negeri pun banyak mengalami bencana alam. Seperti kekeringan yang melanda Sungai Yangtze di China hingga berita kekeringan yang melanda Benua Eropa yang disebut kekeringan terburuk dalam 500 tahun.
Jika China dan Eropa dilanda
kekeringan sedangkan di Indonesia berbalik 180 derajat. Bencana yang sering terjadi
di Indonesia adalah banjir dan tanah longsor. Tercatat selama tahun 2021
terdapat 1.794 kasus banjir di berbagai daerah di Indonesia dan 1.321 kasus
bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Serangkaian peritiwa bencana ini
terjadi tentunya bukan tanpa sebab. Ada banyak faktor yang menjadi pemicu
terjadinya bencana alam secara global.
Pemanasan Global
Tanpa kita sadari efek dari
pemanasan global sedikit demi sedikit mulai kita rasakan. Semakin banyaknya
penggunaankedaraan pribadi dengan bahan bakar fosil, bahan bakar utama
pembangkit listrik yang juga berasal dari bahan bakar fosil dan pembabatan
hutan untuk produksi sumber energi menjadi penyebab timbulnya efek gas rumah
kaca yang menyelimuti bumi.
Efek Gas Rumah Kaca
- Naiknya kumpulan polusi yang menyelimuti atmosfer bumi
- Perlahan meningkatkan suhu permukaan bumi dan menyebabkan perubahan cuaca secara luas dalam jangka waktu yang panjang (perubahan iklim)
- Perubahan iklin menyebabkan terjadinya bencana lingkungan
- Efek gas rumah kaca ini menjadikan penebalan selimut polusi di Atmosfer yang mengakibatkan terjadinya banyak bencana terjadi di berbagai belahan bumi. Seperti cuaca ekstrem yang kini sudah sering kita alami. Siang hari yang panas banget, sore harinya tiba-tiba hujan deras sekali hingga banjir.
- Juga mulai bertambahnya volume air laut dari lelehan gunung es di Kutub Utara dan Selatan sehingga membuat Kawasan pesisir banjir dan pulau-pulau kecil yang terancam tenggelam.
- Efek lain yang mulai kita rasakan diantaranya adalan bencana alam yang kini mulai sering terjadi, seperti kebakaran hutan, kekeringan, gagal panen, banjir bandang, tanah longsor dan gelombang pasang (banjir rob)
Penghasil Gas Rumah Kaca
Semakin meningkatnya panas bumi dipengaruhi
oleh semakin meningkatnya emisi gas rumah kaca. Taukah kalian, sumber penghasil
emisi gas rumah kaca terbesar berasal dari kendaraan dan pembangkit tenaga
listrik berbahan bakar fosil.
Hal ini dikarenakan penambangan
energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara mensyaratkan penebangan hutan. Padahal
kita tau sendiri bahwa hutan merupakan sumber oksigen yang mampu menekan
peningkatan panas bumi. Jika hutan dihilangkan sedikit demi sedikit, lalu apa lagi
yang bisa yang bisa kita gunakan untuk menjaga bumi ini?
Harus ada langkah nyata yang bisa kita
ambil untuk mengurangi penebangan hutan demi menekan peroduksi emisi gas rumah kaca.
Beralih ke energi terbarukan menjadi alternative yang bisa kita ambil untuk mengurangi
produksi emisi karbon penghasil gas rumah kaca.
Transisi Energi
Transisi energi merupakan pegalihan
sumber energi berbasis fosil ke sumber energi terbarukan seperti angin,
matahari, dan baterai lithium-ion yang tidak menghasilkan emisi karbon.
Transisi Energi Sektor Transportasi
Transportasi Darat
Mengubah penggunaan bahan bakar bensin dan solar ke Biodesel B30 (30% biodesel, 70% solar) dan beralih ke kendaraan listrik seperti mobil listrik atau sepeda listrik.
Transportasi Laut
Mengubah bahan bakar menjadi biodesel
B100 (murini biodesel)
Transportasi Udara
Mengubah bahan bakar menjadi
bioavtur 2,4 (2,4% bioavtur, 98,6% avtur)
Tantangan Transisi Energi Sektor Transportasi
Biodiesel
- 100% masih menggunakan minyak CPO dari kelapa sawit
- Belum menggunakan bahan baku biofuel generasi kedua (dari limbah) yang tersedia melimpah seperti minyak jelantah.
- Penggunaan biodiesel CPO berisiko menyebabkan penebangan hutan jika terjadi peningkatan permintaan biodiesel.
- Perlu peningkatan penggunaan biofuel generasi kedua dari limbah seperti minyak jelantah yang tersedia melimpah akibat kegemaran memakan gorengan.
Kendaraan Listrik
- Pada tahun 2020, 67% pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar dari batu bara (RUPTL, 2021-2030)
- Pada sector hulu, kendaraan listrik belum sepenuhnya bebasdari Emisi gas rumah kaca yang menyelimuti bumi. Bersih di hilir tapi kotor di hulu.
- Perlu peningkatan pembangkit tenaga listrik energi terbarukan dari pemensiunan PLTU batu bara diesel, digantikan dengan PLT energi terbarukan.
Transisi Energi Sektor Kelistrikan
Mengubah pembangkit energi berbahan
bakar fosil menjadi pembangkit energi listrik berbahan bakar energi non fosil. Seperti
menggunakan panel surya dengan menjadikan sumber energi surya (matahari)
sebagai pembangkit listrik. Dapat pula menggunakan sumber energi air sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik.
Tantangan Transisi Energi Sektor Kelistrikan
- Pasokan energi matahari dan angin tergantung musim dan periode maksimal tidak selalu cocok dengan periode beban puncak konsumsi listrik.
- Pasokan air untuk PLTA dan PLTMH memerlukan ekosistem sungai yang terjaga kelestariannya.
- Lokasi daerah potensial jauh dari penduduk dan infratukturmemadai (jalan, jembatan serta grid listrik)
- Minimnya kurikulum pendidikan energi terbarukan di perguruan tinggi yang menyebabkan kurangnya SDM ahli energi terbarukan di Indonesia.
- RnD yang belum memadai di Indonesia.
- Sector industry komponen energi terbarukan belum tumbuh di Indonesia sehingga masih tergantung dengan komponen luar negeri (impor barang jadi). Akibatnya harga barang menjadi mahal.
Peran apa yang bisa kita lakukan dalam transisi ke sumber energi terbarukan?
- Terlibat dalam pengumpulan limbah rumah tangga untuk bahan baku energi non fosil (biodiesel dan biogas). Seperti mengumpulkan minyak jelantah untuk dijadikan bahan bakar nabati (biofuel) dan mengumpulkan sampah organik untuk dijadikan biogas.
- Menceritakan praktik baik inovasi pemanfaatan energi terbarukan atau non fosil kepada orang lain. agar orang lain mulai sadar dan mulai ikut melangkah melakukan transisi energi ke sumber energi terbarukan.
- Mulai mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dengan mulai menggunakan alat transportasi umum atau mulai bersepeda dan berjalan kaki bila pergi ke tempat-tempat yang dekat.
- Menghemat penggunaan listrik. Matikan lampu bila dianggap tidak perlu, mematikan televisi atau radio bila memang sudah tidak ditonton atau didengarkan. Dan yang lebih simple lagi mecopot kabel charger setelah selesai digunakan.
- Mulai ikut mengkapanyekan penggunaan produk energi terbarukan.
Jadi yuk mulai melangkah melakukan
transisi energi ke sumber energi terbarukan untuk bumi yang lebih baik lagi.
Kalau dulu masih sering kemana-mana naik angkot. Sekarang angkot udah jarang di Kita saya. Karena banyak transportasi online. Kadang penasaran juga emisinya banyakan mana ya angkot sama transportasi online.
BalasHapusaku tuh masih nyari2 bank minyak jelantah yang deket rumah biar bisa dipoolin kesana aja, klo buang minyak jelantah di tempat cuci piring kan juga mencemari lingkungan plus merusak perabot juga yaa.
BalasHapusiya sangat realistis kita ga mau tergantung sama satu keran sumber energi, pelan-pelan mulai hijrah dan semoga pemerintah bisa consen sama hal ini yaa
BalasHapus