Anggota Komunitas Pejuang Mimpi |
Semua orang berhak untuk bermimpi,
karena mimpi akan membuat hidup menjadi lebih hidup. Tak terkecuali
dengan mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun intelektual.
Diawali dengan penyerahan simbolik karya seni lukis kepada Bapak Sugito Adi selaku GM Grand Mercure Mirama Malang dan dilanjutkan dengan menampilkan performa dari teman disabilitas anggota Komunitas Pejuang Mimpi.
Its so amazing bisa melihat mereka
(teman-teman disabilitas) bisa memberikan penampilan yang sangat apik kepada
semua yang hadir dalam acara tersebut. Berbagai pertunjukan bakat mereka
diantaranya seperti seni tari topeng malangan, paduan suara dengan diiringi
band hingga peragaan busana dengan desainernya dari anak-anak ADHD.
Selain menampilkan performa dari
teman-teman disabilitas, acara juga dimeriahkan oleh para orang tua mereka.
Para Super Mom ini melakukan paduan suara dengan menyanyikan lagu Saat kau
Telah Mengerti – Virgoun Tambunan. Lantunan lagu dari para Super Mom ini
membuat suasana mengharu biru.
Tidak mudah untuk bisa menjadi
seperti mereka. Begitu besarnya kesabaran dan keiklasan mereka dalam mendidik
dan merawat putra-putri mereka dengan segala keterbatasannya.
“Mungkin ada rencana Tuhan dalam keluarga kami, dititipin anak special ini. Saya sebagai ibu khususnya, meminta petunjuk dari Tuhan, apa yang harus dilakukan untuk mendampingi anak saya ini” (Mama Albert, Gitaris Dream Band)
Besarnya kasih sayang mereka kepada
anak-anak mereka, membuat mereka mampu melakukan apapun demi anak mereka.
Perjuangan para Super Mom ini tak hanya harus diacungi jempol tapi juga harus
diapresiasi.
Mengasuh anak dengan keterbatasan
mental sendirian tentunya sangat melelahkan. Mereka, para orang tua juga butuh
tempat untuk saling berkeluh kesah, bertukar pengalaman dengan orang tua
lainnya yang memiliki kondisi yang sama, berkembang bersama, dan merajut mimpi
bersama. Dan Komunitas Pejuang Mimpi memberikan ruang tersebut kepada mereka.
“Saya bingung dengan bakat Dwi, sudah berbakat tapi tidak ada wadah atau tempat untuk mengembangkan bakat Dwi. Dari situlah saya bertemu dengan Bu Sri Rahayu di salah satu komunitas disabilitas Kota Malang. Lalu sama Bu Sri Rahayu, Dwi dimasukkan ke Komunitas Pejuang Mimpi dan dibimbing hingga akhirnya berhasil”, tutur Bu Sugiati (Mama Dwi, Pianis Dream Band)
Komunitas Pejuang Mimpi menjadi
solusi buat para orang tua dari teman disabilitas yang ingin mengembangkan
bakat dan minat dari anak-anak mereka. Salah satu progressnya adalah dengan
terbentuknya Dream Band, sebuah Band yang digaungi oleh anak-anak muda
disabilitas.
Dream Band terdiri dari Dwi
(Pianis), Albert (Gitaris), Fina dan Jordy. Band besutan dari Komunitas Pejuang
Mimpi ini pertama kali tampil dalam acara yang dilaksanakan di Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya. Lagu yang mereka bawakan waktu itu adalah Walau Ku Tak
Sempurna.
Dan penampilan mereka dalam
rangkaian acara Anniversary Grand Mercure Mirama Malang kali ini merupakan penampilan mereka yang kedua. Mereka mengiringi
paduan suara teman-teman disabilitas saat menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun
dari Jamrud. Penampilan mereka pecah abis, para undangan dan tamu yang datang
ikut bernyanyi dan menikmati iringan musik mereka.
Mengenal Lebih Dekat Personil Dream Band
Setelah acara selesai, aku
berkesempatan berbincang dengan dua orang tua dari personil Dream Band.
Dwi Nur Alif Setiawan
“Dwi pingin masuk TV dan bertemu dengan Pak Joko Widodo”, ucap Dwi ketika ditanya ibunya tentang impiannya.
Mimpi bisa menjadi pemantik untuk mengembangkan
diri demi mewujudkan apa yang diinginkan. Seperti halnya Dwi, serorang
penyandang tuna grahita yang mampu memainkan nada-nada indah dengan pianonya.
Remaja berkulit sawo matang ini didiagnosa
mengalami diffa grahita ketika masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Hal ini
pertama kali disadari oleh Bu Sugiati ketika melihat anak keduanya ini yang lebih
suka menyendiri daripada bermain dengan teman-temannya.
Ibu mana yang tidak sedih ketika
melihat anaknya mengalami keterbatasan intelektual. Nggak tau harus melakukan
apa dan rasa bersalah hinggap dalam diri Bu Sugiati saat pertama kali mendengar
hasil diagnosa tersebut.
“Kami konsultasi ke psikolog mengenai kondisi Dwi. Setelah konsultasi kami mendapat arahan. Selain itu, kami silahturahmi ke guru mengaji, menanyakan apa yang harus kami lakukan. Sehingga kami bisa lebih banyak bersyukur dan iklas atas keadaan Dwi. Dwi adalah amanah yang harus kami jalani”, seperti itulah cerita dari Bu Sugiarti ketika pertama kali mengetahu kondisi anak ragilnya ini.
Buah kesabaran dan ketalatenan Bu
Sugiarti dalam mendidik dan merawat Dwi hingga akhirnya Dwi bisa menjadi remaja
berprestasi layaknya anak-anak normal lainnya.
“Dwi itu awalnya suka nulis mbak”, tutur Bu Sugiati ketika aku tanyakan tentang passionnya.
Beberapa lomba tulis puisi telah
dimenangkan oleh Dwi. Dan hebatnya lagi Dwi sudah menerbitkan buku antologi puisi
bersama kawan-kawannya yang berjudul “Batu-batu, Mata Abu dan Rindu”, terbitan
SIP Publishing.
“Saya coba bagaimana puisi Dwi bisa dijadikan lagu”, tuturnya.
Beliau membicarakan idenya tersebut
dengan kepala sekolah tempat di mana Dwi belajar. Dan ide tersebut mendapat
respon yang positif. Kepala sekolah SLB EKA MANDIRI, bersedia membuatkan
aransemen lagu untuk puisi milik Dwi. Dan terciptalah sebuah lagu berjudul “Walau
ku Tak Sempurna”
Rupa-rupanya Bu Sugiati ini
merupakan seorang ibu yang sangat peduli dengan perkembangan anaknya. Tak berhenti
dengan mendampingi Dwi menciptakan lagi, tapi ibu hebat satu ini juga terus
berusaha untuk mengembangkan bakat Dwi terutama dalam bermain alat music, dalam
hal ini adalah piano.
Piano bukanlah alat music baru bagi
Dwi, dia sudah mahir bermain piano sejak berada di Sekolah Dasar. Bahkan dulu
saat kelas 3 SD sudah mengiringi paduan suara saat acara disabilitas di Fakultas
Psikologi Universitas Muhamadiyah Malang.
Dari sanalah awal mula masuknya Dwi
menjadi personil dari Dream Band besutan Komunitas Pejuang Mimpi. Sebuah band
yang diinisiasi oleh founder Komunitas Pejuang Mimpi saat melihat talenta dan
semangat anak-anak guna mencapai apa yang diimpikannya.
Dwi seorang anak diffa grahita yang
merajut impiannya lewat nada-nada indah untuk bisa tampil di di televisi dan bertemu
dengan Presiden Joko Widodo.Semoga apa yang menjadi impian Dwi bisa terwujud.
“Mari bersama-sama satu keluarga Bersatu dan bekerjasama membimbing dan memberi semangat anak istimewa kita meraih mimpi. Yakin dan semangati anak-anak kita dalam menggapai dan meraih cita-citanya”.
“Jika hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang-Ku, maka (jawablah), “Aku dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku.” (QS Al-Baqarah 186)
Lanjutan ceritanya : Gitaris Handal Dream Band, Stefanus Albert Chandra
Tidak ada komentar
Posting Komentar